PENELITIAN EKSPEROMEN

 on Kamis, 08 April 2010  

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teknik pengumpulan data sering kali dikaitkan dengan rancangan penelitian. Rancangan eksperimen yang klasik dianggap sebagai induk rencana (grandmaster) dari rancangan-rancangan penelitian dengan cara yang relative sederhana. Penelitian bisa berurusan dengan berbagai masalah yang menunjukan sebab-sebab terjadinya sesuatu. Dalam penelitian eksperimen, susunan waktu secara langsung diamati dan diatur perubahan timbal balik dalam variable-variabel diamati dalam jangka waktru tertentu dan variable-variabel tidak nampak serta tidak terukur dipertimbangkan pula semaksimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan hanya sedikit atau tanpa mengorbankan tingkat generalisasinya. Dengan kata lain eksperimen ini berbagai bidang yang mungkin menimbulkan masalah dalam menafsirkan pengamatan-pengamatan penelitian. Ada tiga masalah rancangan penelitian yang umumnya yang dihadapi peneliti.
Masalah pertama yang sering dikacaukan dalam rancangan penelitian adalah kepastian susunan atau urutan waktu kedua variabel yang sedang diteliti. Masalah ini akan menjadi lebih sulit apabila perubahan tidak diamati secara langsung selama jangka waktu tertentu. Misalnya dalam suatu koesioner tertentu data-data survey dikumpulan tahap demi tahap. Ini mirib dengan study lintas seksi. Dilain pihak apabila pengamatan terhadap variabel-variabel dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama yang disebut study longitudinal, perubahan-perubahan dapat diamati secara langsung. Hampir semua eksperimen bersifat longitudinal.
Masalah kedua dapat timbul dalam usaha mengarap variabel-variabel yang dapat memutar balikan kejadian yang kita amati secara tidak karuan/ tidak jelas. Apabila seseorang memiliki rekor-rekor yang berbeda dalam satu variabel tertentu, peneliti mencoba untuk menyimpulkan mengapa mereka berbeda atas dasar kejadian-kejadian yang lampau. Misalnya, apabila dua orang memiliki sikap politik yang berbeda, peneliti akan mencoba untuk memulangkan perbedaan ini ke variabel-variabel yang berbeda sebelum sikap-sikap tersebut muncul. Hal-hal seperti praktek mengasuh anak misalnya atau tingkat pendidikan perlu diperhatikan. Kesulitan yang muncul dalam melakukan penelitian ini adalah begitu banyaknya hal-hal yang mungkin terjadi sebelum studi dilakukan. Orang-orang tersebut mungkin berasal dari daerah-daerah yang berbeda pula, penduduk yang tinggal diperbatasan / pedesaan dan sebagainya. Variabel-variabel yang berada di luar jangkauan peneliti dan tidak terukur ini dapat mengacaukan pengamatan peneliti dalam melakukan eksperimen tersebut. Eksperimen sederhana dapat membantu banyak mengatasi masalah-masalah yang timbul baik akibat dari kondisi politik, social atau ekonominya. Dari beberapa permasalah tersebut, penulis akan memaparkan mengenai penelitian eksperimen beserta langkah-langkah penelitiannya dalam mengatasi variabel-variabel tersebut

1.2 RUMUSAN MASALAH.
Dari latar belakang diatas penulis menemukan berbagai permasalahan yang harus dipecahkan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian dan komponen dalam melakukan penelitian eksperimen ?
1.2.2 Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan penelitian eksperimen ?
1.2.3 Bagaimana tipe-tipe kesesatan dalam melakukan penelitian eksperimen ?
1.2.4 Bagaimana Rancangan/model-model dalam penelitian eksperimen

1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan komponen dalam melakukan penelitian eksperimen
1.3.2 Untuk mengetahui bagaiman langkah-langkah dalam penelitian eksperimen
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana Tipe kesesatan dalam penelitian eksperimen
1.3.4 Untuk mengetahui Rancangan/ model dalam penelitian eksperimen

1.4 METODE PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dimana penulis mencari literature yang ada hubungannya dengan penelitian eksperimen dan menggunakan metode diskusi dalam pembuatan makalah ini dan menyimpulkannya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Komponen-Komponen Penelitian Eksperimen
2.1.1 Pengertian Penelitian Eksperimen
Penelitian Eksperimental merupakan bentuk penelitian dimana peneliti (eksperimenter) dengan sengaja memberikan perlakukan (treatmen) kepada responden (subyek), selanjutnya mengamati dan mencatat reaksi subyek, dan kemudian melihat hubungan antara perlakuan yang diberikan dan reaksi (perilaku sama dengan variabel tergantung) yang muncul dari subyek. Hakekat tujuan penelitian eksperimental adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa, 2004). Menurut Latipun (2002) Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati. Sementara Hadi (1985) mendefinisikan penelitian eksperimen sebagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Kesimpulannya penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian.
Wilhelm Wundt (dalam Alsa, 2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:
1.Peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan penelitian.
2.Penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang sama.
3.Peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya.
4.Diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).
Secara umum penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian eksperimen dan penelitian non eksperimen. Jika pada penelitian eksperimen terdapat intervensi/perlakuan dari peneliti dengan mengukur dampak, maka sebalikanya pada penelitian non eksperimen/expost facto, peneliti tidak melakukan kendali melainkan mengumpulkan data/fakta yang ada. Penelitian eksperimen adalah mengubah fakta dengan memberikan perlakuan/intervensi dan menghasilkan teori baru. Perlakuan mengakibatkan perubahan variabel yang ada.
Krathwol(1985) dalam Hadi dan Mutrofin (2006) menjelaskan bahwa eksperimen-eksperimen yang mencakup pengenalan intervensi terencana (treatment) dalam situasi dengan tujuan untuk mencapai hasil dan perubahan tertentu, merupakan pengertian umum dan istilah desain ekperimental. Mereka mengemukakan beberapa langkah yang menjadi dasar dari logika desain eksperimental sebagai berikut : Langkah pertama dalam desain eksperimental adalah menerjemahkan perkiraan atau harapan dalam suatu hipotesis menjadi rumusan yang lebih operasional.
Setelah operasionalisasi langkah berikutnya adalah penciptaan situasi yang memungkinkan dilakukannya tindakan atau perubahan yang diperlukan. Selanjutnya melalui pemilihan desain yang memadai maka akan diperoleh serangkaian alternatif yang darinya dapat dipilih salah satu atau beberapa diantaranya yang terbaik. Terakhir, seandainya data yang ada sesaui dengan dugaan periset maka masih perlu dilakukan pengujian akhir dalam kerangka desain agar hipotesis yang tengah diuji itu terbebas dari diskonformasi.
Ada tiga prinsip dasar desain eksperimen menurut Montgomery (1997) yaitu : (1) replikasi, (2) randomisasi dan (3) blocking. Replikasi mempunyai dua ciri yaitu : pertama, memungkinkan ekperimenter melakukan suatu estimasi dari kesalahan ekperimental dan kedua, rata-rata sampel digunakan untuk mengestimasi pengaruh dari sebuah faktor didalam eksperimen, replikasi memungkinkan eksperimenter memperoleh estimasi yang lebih akurat terhadap pengaruh tersebut. Perlu ditegaskan bahwa ada perbedaan antara replikasi dengan pengukuran berulang. Pengukuran bukan replikasi, mereka adalah sebuah bentuk dari pengukuran berulang.
Randomisasi adalah landasan pertama yang mendasari penggunaan metode-metode statistik didalam desain eksperimental. Melalui teknik randomisasi baik alokasi materi eksperimental dan urutan individu dijalankanatau percobaan dari eksperimen dilaksanakan dan ditentukan secara acak.
Blocking adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mengembangkan presisi yang mana perbandingan antara faktor-faktor yang berkepentingan dibuat. Seringkali blocking digunakan untuk mereduksi atau mengeliminasi keanekaragaman dari faktor-faktor pengganggu yaitu faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi respon eksperimental tetapi dalam hal tersebut kita tidak tertarik secara langsung.

2.1.2 Komponen-komponen Eksperimen
Terdapat 5 komponen dalam penelitian eksperimen yaitu :
1) Variabel kriteria (variabel tidak bebas "Y")
Adalah variabel yang terpengaruh oleh variabel bebas yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan perlakuan eksperimen sehingga variabel kriteria dianggap yang paling utama dari keberhasilan perlakuan. Pada eksperimen, perlakuan didesain secara teori (pengujian. Eksperimen berlaku umum sedangkan action research tidak berlaku umum, tapi merupakan kasus. Eksperimen dilakukan karena tuntutan yang mengilhami treatment adalah veriabel kriteria misalnya, motivasi belajar, keberhasilan, prilaku dll
2) Perlakuan (treatment)
Adalah sesuatu yang sengaja dirancang yang dikenakan pada subjek sehingga variabel kriterion berubah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- harus dirancang berbasis teori dan boleh berasarkan empiris
- perlakuan harus jelas beda dengan perlakuan yang sudah ada
- perlakuan harus dirancang final; onsep dan pelaksanaanya tidak boleh diubah ditengah jalan
- dikenakan pada unit-unit; orang, butir tes, unit eksperimen, penskoran
3) Desain (rancangan)
Adalah teknik pengaturan supaya dalam pengujian kita dapat memastikan apakah dalam penilaian terjadi perubahan sebagai akibat dari treatment. Desain pengaturan berbagai kondisi yang mengakibatkan treatmentnya berubah. Ada 2 macam desain yaitu desain eksperimen dan desain perlakuan. Dalam desain perlakuan ada rancangan sedangkan dalam desain eksperimen hasil rancangan dideskripsikan.
4) Instrumen
Harus ada alat ukur yang standar dan harus valid karena kita mengukur
5) Monitoring dan kontrol
Digunakan untuk :
- menghindari adanya kontaminasi antara subjek dan perlakuan
- untuk menjamin perlakuan sesuai dengan rancangan desain
- untuk mendeteksi adanya kontaminasi dan penyimpangan lain

2.2 Langkah-Langkah Dalam Melakukan Penelitian Eksperimen’
Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu,
(1) Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.
(2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
(3) Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.
(4) Membuat rencana penelitian yang didalamnya mencakup kegiatan: a) Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen; b) menentukan cara mengontrol; c) memilih rancangan penelitian yang tepat; d) menentukan populasi, memilih sampel (contoh) yang mewakili serta memilih sejumlah subjek penelitian; e) membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen; f) membuat instrumen, memvalidasi instrumen dan melakukan studi pendahuluan agar diperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan; g) mengidentifikasi prosedur pengumpulan data. dan menentukan hipotesis.
(5) Melaksanakan eksperimen.
(6) Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.
(7) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan.
(8) Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya.
(9) Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan (Sukardi, 2003).
Kesulitan terbesar pada metode eksperimen ialah menguasai variabel-variabelnya, agar bisa dijamin ketetapan, keajegan dan ketetapan pengukuran. Ketetapan (konstansi, kontinuasi dan konsistensi)mpada variabel yang terdapat pada benda-benda organis pada penelitian-penelitian ilmu kealaman, secara mudah bisa dijamin. Akan tetapi terhadap subyek eksperimen dibidang ilmu social dan budaya (yaitu manusia dan peristiwa-peristiwa yang ditimbulkan oleh manusia) sering tidak bisa dikuasai, berlangsungnya kegiatan tadi.
Pengukuran secara tepat dan eksakt matematis terhadap gejala-gejala psikis pada manusia dan gejala-gejala social itu sukar dilakukan. Dengan demikin, hasil eksperimen dalam bidang social dan budaya itu sukar dievaluasi dengan tepat. Sungguh pun misalnya terdapat pengaruh yang berarti dari varabel-variabel eksperimantal, maka masih tetap melakukan apakah perbedaan tersebut disebabkan oleh variabel eksperimental, apakah disebabkan oleh variabel-variabel non eksperimental lainnya. Untuk mengurangi ketidaktelitian disebabkan oleh kesulitan-kesulitan tersebut diatas, penelitian eksperimental dibidang ilmu social dan budaya itu bisa dibantu dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk sebagai berikut :
1. Menentukan dan membatasi secara tegas variabel-variabel secara tegas variabel-variabel eksperimental. Agar bisa mengukur signifikan pengaruhnya.
2. Factor-faktor atau variabel non eksperimental seluruhnya bisa dikontrol dan dikendalikan. Jika mungkin harus ditiadakan sama sekali, agar tidak mengaburkan fenomena pokokyang akan diteliti.
3. Menentukan secara tegas jenis prosedur eksperimen yang akan dipakai. Umpamanya prosedur kelompok tunggal, kelompok jamak yang pararel atau equivalent(sama nilai), kelompok rotasi atau ulang, dan lain-lain.
4. Menggunakan alat pengukur yang baik, valid, obyektif, dan reliable atau bisa dipercaya.
5. Mencatat dan melaporkan setiap langkah yang dilakukan, mulai dari fase awal sampai pada akhir eksperimen.
6. Melakukan ulangan eksperimen dalam situasi dan sampel yang berbeda, lalu mengecek validitasi dalam kehidupan bermasyarakat yang normal.
Dalam pelaksanaan eksperimen, pada umumnya dipakai pada factor tunggal atau single variabel design. Yaitu semua factor dijaga agar tetap sama, terkecuali treatment yang hendak diperbandingkan pengarunhya. Hipotesa kerja yang akan ditest kebenarannyadengan metode eksperimen ini diubah jadi hipotesa nihil (Ho) jika akan dihitung secara statistik. Hipotesa nihil menyatakan dengan tidak adanya perbedaan (adanya persamaan) pengaruh antara treatemen-A dan treatement-B terhadap suatu gejala psikis atau gejala social. Hipotesa ini mungkin bisa diterima, tapi mungkin pula bisa ditolak, sesuai dengan hasil terakhir eksperimen.
Nya dengen Jika hipotesa ditolak, maka ini berarti ada perbedaan pengaruh dari treatement-A dibandingkan dengan treatement-B. kriterium yang dipakai untuk menilai ada atau tidak adanya perbedaan tersebut pada umumnya ialah : perbedaan mean (mean difference), yaitu perbedaan nilai atau ukuran rata-rata. Unutk mengukur apakah perbedaan mean itu cukup berarti meyakinkan atau menyolok, digunakan teknik statistic, yang khusus diperuntukan menilai ada dan tidaknya perbedaan. Umpamanya t-test, F-test, Chi Kwadrad dan sebagainya.
Dengan pengukuran sebelum dansesudah eksperimen, dapat diketahui kenaikan rata-rata yang dicapai setiap kelompok, yang dipetoleh dari mean akhir eksperimen dikurangi dengan mean awal pada eksperimen tersebut. Umpama saja kenaikan rata-rata pada kelompok A diberi tanda MA dan kelompok B disebut MB. maka MA = MAr - MAa (MAr = mean akhir kelompok A; MAa = mean awal kelopok , MA = kenaikan rata-rata kelompok A). Sedang MB = MBr – MBa.
Jika pengaruh tritment – A = tritment B, tidak ada perbedaan antara triment A dengan tritment B, maka kenaikan rata-rata pada kelompok A akan sama dengan kenaikan rata-rata pada kelompok B. ini di tuliskan pada: MA - MB atau MA - MB = 0. Inilah yang menjadi sari pokok dari hipotesa yang nihil yang akan dites. Yaitu: tritment A sama efektif nya dengan tritment B,sehingga tidak terdapat perbedaan rata-rata oleh perbedaan tritment.
Dalam praktek sehari-hari perbedaan kenaikan rat-rata pasti selalu ada. Namun, yang penting adalah ialah, apakah kenaikan rata-rataitu cukup perbedaannya cukup besar perbedaannya, sehingga perbedaan tersebut cukup mencolok dan menyakinkan. Untuk membuktikannya, di pakai oaring test-signifikansi (test of significance) dalam pengukuran stastistik. Umpamanya t-test sebagai standard test signifikansi dalam eksperimen-eksperimen (vide buku statistik).
Adanya paling sedikit dua kelompok untuk di perbandingkan merupakan syarat mutlak dalam satu eksperimen ilmiah. Mengenai ciri-ciri suatu gejala itu di katakan biasa lebih unggul atau lebih buruk jika gejala tersebut di perbandingkan dengan gejala lainnya. Yang di pakai sebagai unit pengontrol. Jelasnya, satu unit di pakai sebagai unit atau kelompok eksperimen, sedang yang lainnya sebagai unit control.
Sebelum peleksanaan eksperimen, perlu di tegaskan lebih dahulu factor-faktor atau kondisi-kondisi apa yang perlu di kendalikan dan akan di control secara ketat, agar tidak terjadi kesesatan-kesesatan dalam eksperimen. Apa yang di anggap sebagai fakor, kondisi, situasi, perlakuan (treatment) dan semua tindakan yang bisa di pakai untuk mempengaruhi hasil eksperiment itu di sebut variabel-variabel. Maka dalam eksperiment ini di bedakan :
1. Variabel eksperimental, yang di sebut sebagai pula “treatment variabel” atau treatment.
2. Variabel non-eksperimental.
Variabel eksperimental adalah semua kondisi yang akan di teliti besar pengaruhnya terhadap suatu gejala, pribadi Atau kelompok. Biasanya, terhadap dua kelompok yaitu kelompok eksperiment dan kelompok control di kenakan variabek eksperimental yang berbeda; misalnya metode A dan metode B, atau suatu kelompok di kenakan treatment A dan kelompok lainnya tidak di kenekan treatment tersebut.

2.3 Tipe Kesesatan Dalam Penelitian Eksperimen
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/ pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena adanya variabel luar/ekstrane yang ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya pengaruh variabel ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut.
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologi yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada kelompok kontrol terdapat siswa yang pada sore hari ikut pelajaran tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu dibimbing atau diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok kontrol mempunyai karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar, kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel luar/ekstrane yang sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya kesesatan konstan.
Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Group), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkan pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen) sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu temannya waktu pelajaran sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah mempengaruhi eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang dilakukan secara serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru. Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang dieksperimenkan.

2.4 Model/Rancangan dalam penelitian Eksperimen
1. Model Kelompok Tunggal
a) Model Tunggal : XO (one-shot design)
Model ini sebagai dasar bagi penelitian eksperimen. Model ini perlakuan tunggal diberikan kepada kelompok tunggal. Setelah diberikan perlakuan, kelompok kemudian dites atau diukur. Misalnya, seorang guru bahasa kedua menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah kurang lebih tiga kali pertemuan barulah dilakukan tes kepada muridnya. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh atau tidak adanya pengaruh metode tadi dalam pelajaran bahasa kedua.

Dikenakan variabel
eksperimen

b) Model Kelompok Pretes-Postes: O1 X O2 (one group pretest+posttest)
Model ini merujuk pada pengulangan terhadap subjek. Sebelum subjek mendapatkan perlakuan dilakukan pengukuran dengan pretes. Setelah itu subjek mendapat perlakuan dari peneliti. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perlakuan itu, dilakukan pengukuran dengan postes. Misalnya, suatu kajian tentang pengaruh pengajaran bahasa kedua, suatu kelompok yang tidak mempunyai pengetahuan struktur gramatikal akan diberikan pelajaan (X). peneliti menyusun dua tes yang secara khusus bertujuan untuk membedakan kemampuan struktur melalui butir tes. Satu tes digunakan sebelum diberi pelajaran sebagai pretes dan yang lainnya digunakan setelah diberi pelajaran sebagai postes.
c) Model Sampel Waktu: O1, O2, O3,…On X On +1, On +2,…..(time sampling design)
Model ini merujuk pada 'waktu berseri' karena sejumlah sampel diobservasi pada waktu tertentu. Model ini berbeda dengan penelitian longitudinal non-eksperimen karena mempunyai treatmen yang terkontrol (X) dan setelah itu baru dilakukan pengukuran. Misalnya, suatu studi untuk menemukan efektivitas pengajaran penggunaan 'relative clause' Bahasa Inggris. Untuk tujuan penelitian, treatmen disusun melalui suatu pengajaran yang memberikan informasi ciri-ciri utama 'relative clause' dengan memberikan latihan penggunaannya dalam berbicara dan menulis. Treatmen diawali oleh tugas menulis (O1, O2, O3) pada beberpa kelas dalam jangka/waktu beberapa minggu. Untuk setiap tugas menulis, sejumlah 'relative clause' dalam tulisan pembelajar dibuat dan dikatagorikan. Setelah treatmen, dengan cara yang sama beberapa tugas menulis diberikan (On +1, On +2, On +3) dan sejumlah 'relative clause' dihitung dan dikatagorikan.

2. Model Kelompok Kontrol (control group)
Model ini memiliki dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang dimanipulasi dan diberi perlakuan-perlakuan, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan.
a) Model Kelompok Statis atau Pra-eksperimental: X O1/O1 (static group)
Pada model ini treatmen diberikan kepada kelompok eksperimen dan hasilnya dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol). Rancangan model ini dapat pula divariasikan dengan menandingi kelompok kontrol. Treatmen diberikan secara konsisten kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah itu diberikan tes yang sama kepada kedua kelompok tersebut. Hasilnya kemudian, dibandingkan antara keduanya.
b) Model Pretes dan Postes dengan Kelompok Random
Subjek penelitian ditentukan melalui proses random. Dalam model ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara random menjadi dua kelompok; yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada awalnya kedua kelompok diberikan pretes. Kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Lalu kedua kelompok itu dikenai pengukuran yang sama dengan postes. Perbedaan yang timbul dianggap bersumber pada vriabel perlakuan.

3. Model Faktor (factorial designs)
Semua unsur model faktor sama dengan eksperimen sesungguhnya, yaitu randomisasi, pretes dan postes, serta pengukuran. Perbedaannya adalah pengaruh variabel terikat dites pada waktu yang sama. Pada model ini lebih dari satu variabel terikat diberikan perlakuan. Seluruh kelompok diberikan pretes sebelum treatmen dan postes setelah treatmen. Misalnya, suatu kajian untuk mengetes pengaruh latihan pengucapan di laboratorium, tes ditentukan untuk mengukur perbedaan tingkat kecakapan pembelajar yang telah berlatih dengan beberapa jenis latihan.

4. Model Eksperimen Semu (Quasi experiment)
Model ini dibentuk atas situasi yang nyata dan menciptakan suatu kondisi representatif yang ditemukan dalam konteks pendidikan. Model ini dilakukan oleh Cziko (1980) untuk studi strategi membaca Bahasa Perancis sebagai bahasa kedua di Kanada. Dalam kajian ini penulis membandingkan strategi membaca nyaring antara konteks dengan tulisan bagi pembelajar bahasa kedua tingkat menengah dan lanjutan. Kelompok kontrolnya adalah pembicara asli Bahasa Perancis. Dalam situasi tertentu sampel tidak bisa dikontrol secara lengkap atau tidak bisa dimanipulasi. Eksperimen seperti ini lebih mengutamakan tingkat validitas eksternalnya, karena itu kondisi yang mendukung akan ditemukan dalam konteks pendidikan.

5. Model Terpisah (pretes dan postes terpisah)
Model ini bermanfaat pada situasi penelitian yang hanya mempunyai satu kelompok subjek pada satu waktu. Misalnya, pengukuran terhadap pembelajar tingkat lanjutan tentang pengaruh latihan pengucapan di laboratorium bahasa. Program ini hanya diikuti kelas tingkat lanjutan selama tiga minggu. Model dilakukan dengan mengulangi satu kelompok pretes atau postes tetapi treatmennya hanya pada sebagian anggota kelompok sebaghai model satu kelompok dalam rangkaian waktu. Pada setiap waktu dilakukan eksperimen yang sama dengan kelas berbeda. Karakteristik populasi diasumsikan sama. Bagannya seperti:
Kelompok 1 : (minggu ke-1) O1 X O2
Kelompok 2 : (minggu ke-3) O3 X O4
Kelompok 3 : (minggu ke-6) O5 X O6







BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pemaparan materi di atas, penulis dapat menyimpulkan mengenai penelitian eksperimen sebagai berikut :
3.1.1 Penelitian Eksperimental merupakan bentuk penelitian dimana peneliti (eksperimenter) dengan sengaja memberikan perlakukan (treatmen) kepada responden (subyek), selanjutnya mengamati dan mencatat reaksi subyek, dan kemudian melihat hubungan antara perlakuan yang diberikan dan reaksi (perilaku=variabel tergantung) yang muncul dari subyek. Hakekat tujuan penelitian eksperimental adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa, 2004).
3.1.2 Secara umum penelitian dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian eksperimen dan penelitian non eksperimen. Jika pada penelitian eksperimen terdapat intervensi/perlakuan dari peneliti dengan mengukur dampak, maka sebalikanya pada penelitian non eksperimen/expost facto, peneliti tidak melakukan kendali melainkan mengumpulkan data/fakta yang ada. Penelitian eksperimen adalah mengubah fakta dengan memberikan perlakuan/intervensi dan menghasilkan teori baru. Perlakuan mengakibatkan perubahan variabel yang ada.
3.1.3 Terdapat 5 komponen dalam penelitian eksperimen yaitu : Variabel kriteria (variabel tidak bebas "Y"), Perlakuan (treatment), Desain (rancangan), Instrumen, Monitoering dan control.
3.1.4 Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris).
3.1.5 Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Group), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
3.1.6 Adapun model/rancangan penelitian eksperimen yaitu Model Kelompok Tunggal, Model Kelompok Kontrol (control group), Model Faktor (factorial designs), Model Eksperimen Semu (Quasi experiment), Model Terpisah (pretes dan postes terpisah).

3.2 REKOMENDASI
Dari penulisan makalah di atas maka penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut :
Bagi penulis sendiri setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan dapat memahami bagaimana sebenarnya penelitian eksperimen itu, yang nantinya dapat diterapkan dilapangan pada saat melakukan penelitian jika menggunakan model penelitian eksperimen. Kemudian bagi pembaca makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian eksperimen apabila menggunakan metode ini, agar peneliti dalam melakukan penelitianya. Karena dengan membaca makalah ini mungkin akan memberikan sedikit dasar apa yang harus dilakukan dalam penelitian di lapangan nantinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

J-Theme